Berangkat dari
motivasi yang diberikan oleh salah satu dosen saya dalam mata kuliah managemen
dakwah yaitu dalam melakukan sesuatu lakukanlah 100 persen istilah itu kemudian
saya kenal dengan sebutan Be 100 persen. Kalau kita tidak melakukan 100
persen maka yang kita dapatkan adalah 0 persen, dalam bidang apapun.
Kita tidak akan pernah berhasil
melakukkan apapun jika tidak melakukannya 100 persen, ini sudah menjadi hukum
alam. Kita melkukan sesuatu dan kita melakukannya hanya 99,9 persen atau hanya kurang 0,1 persen dari 100 persen
maka
hasilnya adalah Nol. Lah kok bisa ? ya, di dunia nyata, upaya-upaya
yang jumlah totalnya kurang dari 100 persen sih sama saja dengan nol. Ini adalh
kenyataan hidup! Mana ada upaya yang ‘setengah-setengah’ yang membuahkan
hasinyal? Apa yang anda peroleh tanpa berupaya 100 persen? Nihil, bukan?
Seperti sebuah cerita: ada seorang pemuda yang menceritakan kepada sahabatnya
bahwa ia mengikuti kursus menjadi mekanik yang dilakukan oleh salah satu
perusahaan motor yang terkenal, namun ia mengikutinya tidak sampai selesai.
Sahabatnya
bertanya dengan penasaran “dijari apa saja di sana ?
“Saya belajar
reparasi, bongkar pasang motor,” jawabnya.
“terus,
sekarang kamu dah bisa apa saja?”
“yah, karena pelajarannya
baru iukt separuh, saya sudah bisa bongkar Motor , tapi belum bisa pasang
lagi.”
Coba bayangkan,
berapa tarif yang layak untuk orang yang seperti ini di dunia nyata?
Tentunya tidak
aka nada yang mau membayarnya atau dalam artian no rupiah tentunya cukupkan
bagi dia.
Hal
ini tentunya juga sama dengan apabila kita mempelajari ilmu agama, maka
pelajarilah 100 persen. Kenapa karena apabila kita hanya mempelajarinya
setengah-setengah atau mempelajarinya menurut kemauan kita sendiri dalam artian
mempelajari apa saja yang dapat memudahkan kita dalam menjalaninya maka kita
juga akan mendapatkan nol. Allah swt telah memerintahkan kepada umat islam
untuk memeluk islam secara keseluruhan. Sebagaimana yang ia firmankan dalam Q.S
Al-Baqarah: 208
“ wahai
orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah
(menyeluruh)dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaitan karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian (Q. S
Al-Baqarah: 208).”
Anda
kira 100 persen itu adalah sesuatu lelucon? Hal ini adalah sesuatu yang serius
dan nyata. Coba pikirkan kembali bagaimana jika anda ditangani dokter bedah
yang tidak 100 persen? Menjelang akhir dari operasi, dia berkkata, “usus
buntunya sudah diangkat. Tinggal menutup lubang bekas sayatannya di perut,
gampang kok! Siapa mau jahit? Saya ingin pulang duluan, ada urusan yang penting
yang harus saya lakukan di rumah, lagi buru-buru.” Berapa peluang anda selamat
ditangan seorang dokter yang tidak bertanggung jawab seperti ini?
Ketahuilah
bahwa angka seratus persen adalah syarat kehidupan, sedangkan 150 persen adalah
syarat untuk sebuah kesuksesan. Singkatnya “anda tidak bisa hidup tanpa
berupaya 100 persen, dan tidak dapat unggul tanpa berupaya 150 persen.”
Coba
simak kisah nyata berikut ini bagaimana seorang Lem Swie King melakukan upaya
150 persen untuk unggul dari pesaingnya.
Sejak
tahun 1968 hingga 1974 Rudy Hartono sudah menjuarai turnamen bulu tangkis yang
dikenal dengan sebutan All England hingga tujuh kali. Rudy memang telah menjadi
legenda badminton sedunia. Pada babak final pertandingan tahun 1976 ia
berhadapan dengan Liem Swie King, juniornya sendiri. Tapi pada waktu itu King
kalah. Rudy kembali memenangi All England unruk kedelapan kalinya dan
menyandang gelar sebagai juara bertahan.
Peristiwa
ini sangat menggangu pikirannya King, betapa tidak? Segenap usaha yang telah ia
lakukan selama ini untuk memenangi All England… namun ia terhenti di babak
final oleh rekan senegaranya sendiri.
Ketika
pulang ke Indonesia, King mencermati gaya latihan yang dilakukan oleh Rudy. Ia
melakukannya dengan sangat mendalam. Namun, di luar dugaannya jenis latihan
yang dilakukukannya tidak jauh berbeda dengan latihan yang selama ini telah ia
terapkan. Tidak banyak perbedaannya. Secara manusiawi, dengan keterampilan yang
sama, latihan yang sama, forsi latihan yang juga sama serta persiapan yang
sama. King seharusnya sudah sanggup mengalahkan Rudy yang waktu itu. Nyatanya
tidak! So, dia harus bisa dengan cepat mencari terobosan yang baru untuk
meningkatkan kemampuannya. Tentunya King meras bahwa dia tidak akan meraih
kemajuan baru jika harus bersandar dengan upaya dan usaha yang itu-iu saja.
Lah, terus kemana lagi King harus mencari metode untuk meraih mimpinya
menjuarai All England?
Maka
Kingpun menyimpulkan “dia harus bisa berlatih dengan dosis ekstra, jauh
melebihi porsi latihan yang pernah ia lakukan.” maka King pun berusah
menyusun program latihan yang keseluruhannya jauh lebih keras dari apa yang
dilakukan oleh Rudy.
Mantan
pebulu tangkis Ivana Lie menyaksikan semua usaha yang dilakukan oleh King. Jika
pelatihnya menyuruhnya lari keliling stadion Senayan 25 kali putaran dalam
sehari, maka King melakukannnya 60 kali. Apapun porsi latihan yang diberikan
pelatih maka King akan melipatgandakan jumlahnya.ia melakukan bukan hanya
sekedar 150 persen tapi sampai 200 persen! Yang lebih gilanya lagi ia membuat
latihan tambahan sendiri. “ kalau saya ingin mengalahkan Rudy, saya sadar harus
berlatih lebih keras daripada dia. Jika latihannya sama saja, bagaimana saya
bisa mengalahkan Rudy? Itulah makanya saya sering menambah porsi latihan saya
sendiri,” begitulh pendapat King, King berani menabrak batas kesanggupannya
sendiri dengan terus menambah jatah latihannya. Ia inginmembuktikan bahwa
usahanya tidak sia-sia. Dia menanamkan dalam dirinya bahwa orang-orang yang
memilki kekuatan dan usaha yang lebihlh yang akan unggul dan meraih kesuksesan.
Usaha yang gencarkan akhirnya membuahkan hasil dua tahun kemudian ketika
akhirnya ia mengalahkan Rudy Hartono di final All England tahun 1978. Jika King
tidak melakukan trobosan menandingi Rudy, tidak berusaha 200 persen dalam
mewujudkan impiannya. Mungkin dia sama sekali tidak akan bisa menumbangkan Rudy
dalam kejuaraan badminton.
Hanya
orang-orang yang melakukan 100 persen lah yang akan meraih hasil dari apa yang
ia kerjakan, serta orang-orang yang melakukan 150 persen lebih lah yang akan
unggul dan meraih impian yang ia impikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar