Jumat, 04 Oktober 2013

BE 100%



Berangkat dari motivasi yang diberikan oleh salah satu dosen saya dalam mata kuliah managemen dakwah yaitu dalam melakukan sesuatu lakukanlah 100 persen istilah itu kemudian saya kenal dengan sebutan Be 100 persen. Kalau kita tidak melakukan 100 persen maka yang kita dapatkan adalah 0 persen, dalam bidang apapun.
            Kita tidak akan pernah berhasil melakukkan apapun jika tidak melakukannya 100 persen, ini sudah menjadi hukum alam. Kita melkukan sesuatu dan kita melakukannya hanya 99,9 persen  atau hanya kurang 0,1 persen dari 100 persen maka
hasilnya adalah Nol. Lah kok bisa ? ya, di dunia nyata, upaya-upaya yang jumlah totalnya kurang dari 100 persen sih sama saja dengan nol. Ini adalh kenyataan hidup! Mana ada upaya yang ‘setengah-setengah’ yang membuahkan hasinyal? Apa yang anda peroleh tanpa berupaya 100 persen? Nihil, bukan? Seperti sebuah cerita: ada seorang pemuda yang menceritakan kepada sahabatnya bahwa ia mengikuti kursus menjadi mekanik yang dilakukan oleh salah satu perusahaan motor yang terkenal, namun ia mengikutinya tidak sampai selesai.
Sahabatnya bertanya dengan penasaran “dijari apa saja di sana ?
“Saya belajar reparasi, bongkar pasang motor,” jawabnya.
“terus, sekarang kamu dah bisa apa saja?”
“yah, karena pelajarannya baru iukt separuh, saya sudah bisa bongkar Motor , tapi belum bisa pasang lagi.”
Coba bayangkan, berapa tarif yang layak untuk orang yang seperti ini di dunia nyata?
Tentunya tidak aka nada yang mau membayarnya atau dalam artian no rupiah tentunya cukupkan bagi dia.
Hal ini tentunya juga sama dengan apabila kita mempelajari ilmu agama, maka pelajarilah 100 persen. Kenapa karena apabila kita hanya mempelajarinya setengah-setengah atau mempelajarinya menurut kemauan kita sendiri dalam artian mempelajari apa saja yang dapat memudahkan kita dalam menjalaninya maka kita juga akan mendapatkan nol. Allah swt telah memerintahkan kepada umat islam untuk memeluk islam secara keseluruhan. Sebagaimana yang ia firmankan dalam Q.S Al-Baqarah: 208
wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian (Q. S Al-Baqarah: 208).”
Anda kira 100 persen itu adalah sesuatu lelucon? Hal ini adalah sesuatu yang serius dan nyata. Coba pikirkan kembali bagaimana jika anda ditangani dokter bedah yang tidak 100 persen? Menjelang akhir dari operasi, dia berkkata, “usus buntunya sudah diangkat. Tinggal menutup lubang bekas sayatannya di perut, gampang kok! Siapa mau jahit? Saya ingin pulang duluan, ada urusan yang penting yang harus saya lakukan di rumah, lagi buru-buru.” Berapa peluang anda selamat ditangan seorang dokter yang tidak bertanggung jawab seperti ini?
Ketahuilah bahwa angka seratus persen adalah syarat kehidupan, sedangkan 150 persen adalah syarat untuk sebuah kesuksesan. Singkatnya “anda tidak bisa hidup tanpa berupaya 100 persen, dan tidak dapat unggul tanpa berupaya 150 persen.”
Coba simak kisah nyata berikut ini bagaimana seorang Lem Swie King melakukan upaya 150 persen untuk unggul dari pesaingnya.
Sejak tahun 1968 hingga 1974 Rudy Hartono sudah menjuarai turnamen bulu tangkis yang dikenal dengan sebutan All England hingga tujuh kali. Rudy memang telah menjadi legenda badminton sedunia. Pada babak final pertandingan tahun 1976 ia berhadapan dengan Liem Swie King, juniornya sendiri. Tapi pada waktu itu King kalah. Rudy kembali memenangi All England unruk kedelapan kalinya dan menyandang gelar sebagai juara bertahan.
Peristiwa ini sangat menggangu pikirannya King, betapa tidak? Segenap usaha yang telah ia lakukan selama ini untuk memenangi All England… namun ia terhenti di babak final oleh rekan senegaranya sendiri.
Ketika pulang ke Indonesia, King mencermati gaya latihan yang dilakukan oleh Rudy. Ia melakukannya dengan sangat mendalam. Namun, di luar dugaannya jenis latihan yang dilakukukannya tidak jauh berbeda dengan latihan yang selama ini telah ia terapkan. Tidak banyak perbedaannya. Secara manusiawi, dengan keterampilan yang sama, latihan yang sama, forsi latihan yang juga sama serta persiapan yang sama. King seharusnya sudah sanggup mengalahkan Rudy yang waktu itu. Nyatanya tidak! So, dia harus bisa dengan cepat mencari terobosan yang baru untuk meningkatkan kemampuannya. Tentunya King meras bahwa dia tidak akan meraih kemajuan baru jika harus bersandar dengan upaya dan usaha yang itu-iu saja. Lah, terus kemana lagi King harus mencari metode untuk meraih mimpinya menjuarai All England?
Maka Kingpun menyimpulkan “dia harus bisa berlatih dengan dosis ekstra, jauh melebihi porsi latihan yang pernah ia lakukan.” maka King pun berusah menyusun program latihan yang keseluruhannya jauh lebih keras dari apa yang dilakukan oleh Rudy.
Mantan pebulu tangkis Ivana Lie menyaksikan semua usaha yang dilakukan oleh King. Jika pelatihnya menyuruhnya lari keliling stadion Senayan 25 kali putaran dalam sehari, maka King melakukannnya 60 kali. Apapun porsi latihan yang diberikan pelatih maka King akan melipatgandakan jumlahnya.ia melakukan bukan hanya sekedar 150 persen tapi sampai 200 persen! Yang lebih gilanya lagi ia membuat latihan tambahan sendiri. “ kalau saya ingin mengalahkan Rudy, saya sadar harus berlatih lebih keras daripada dia. Jika latihannya sama saja, bagaimana saya bisa mengalahkan Rudy? Itulah makanya saya sering menambah porsi latihan saya sendiri,” begitulh pendapat King, King berani menabrak batas kesanggupannya sendiri dengan terus menambah jatah latihannya. Ia inginmembuktikan bahwa usahanya tidak sia-sia. Dia menanamkan dalam dirinya bahwa orang-orang yang memilki kekuatan dan usaha yang lebihlh yang akan unggul dan meraih kesuksesan. Usaha yang gencarkan akhirnya membuahkan hasil dua tahun kemudian ketika akhirnya ia mengalahkan Rudy Hartono di final All England tahun 1978. Jika King tidak melakukan trobosan menandingi Rudy, tidak berusaha 200 persen dalam mewujudkan impiannya. Mungkin dia sama sekali tidak akan bisa menumbangkan Rudy dalam kejuaraan badminton.
Hanya orang-orang yang melakukan 100 persen lah yang akan meraih hasil dari apa yang ia kerjakan, serta orang-orang yang melakukan 150 persen lebih lah yang akan unggul dan meraih impian yang ia impikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar